Teknik Konseling Behavorial
Konsep Dasar
Konsep dasar yang
dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah
perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar
yang dipakai dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan
tingkah laku dalaam laboratorium.
Manusia merupakan
mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya
penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Tingkah laku
dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum
belajar :
Pembiasaan klasik
Pembiasaan operan
Peniruan.
Tingkah laku tertentu
pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil
belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Adapun karakteristik
konseling behavioral adalah :
berfokus pada tingkah laku yang tampak dan
spesifik
Memerlukan kecermatan dalam perumusan
tujuan konseling
Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
sesuai dengan masalah klien
Penilaian yang obyektif terhadap tujuan
konseling.
Asumsi Tingkah Laku
Bermasalah
Tingkah laku
bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah
laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau
lingkungan yang salah.
Manusia bermasalah
itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya.
Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara
belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar
Tujuan Konseling
Menghapus/menghilangkan tingkah laku
maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku
adaptif yang diinginkan klien
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan
ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b) konselor mampu
dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat mencapai tujuan
tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik
Konselor dan klien bersama-sama (bekerja
sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
Deskripsi Proses
Konseling
Proses konseling
adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
Merumuskan masalah yang dialami klien dan
menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi
langkah-langkah konseling :
Assesment, langkah awal yang bertujuan
untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan
kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor
mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana
yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
Goal setting, yaitu langkah untuk
merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai
dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
(a) Konselor dan
klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
(b) Klien
mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
(c) Konselor dan
klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
- apakah merupakan
tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien;
- apakah tujuan itu
realistic
- kemungkinan
manfaatnya;
- kemungkinan
kerugiannya
- Konselor dan klien
membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang
akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau
melakukan referal.
Technique implementation, yaitu menentukan
dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku
yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
Evaluation termination, yaitu melakukan
kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah
dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis
umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Teknik konseling
behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian
respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Prinsip Kerja Teknik
Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian
penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan
tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara
sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah
laku yang tidak diinginkan.
Memberikan penguatan terhadap suatu respon
yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak
diinginkan.
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku
melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata
langsung).
Merencanakan prosedur pemberian penguatan
terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat
berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
Teknik-teknik
Konseling Behavioral
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan
untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa
tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya
untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi
Sistematis
Desensitisasi
sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan
untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang
diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi
sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus
tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat
digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang
disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Tingkah
laku Model
Teknik ini dapat
digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah
laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien
tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model
hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak
dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari
konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Covert Sensitization
Teknik ini dapat
digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang,
seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan
tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan
sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil
rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh
bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini
diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.
Thought Stopping
Teknik ini dapat
digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya
dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya,
misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda
sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya
jahat!”), terpis segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang
tidak karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang
kali melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran
yang mengganggunya itu.
0 comments:
Post a Comment