MENGENAL TERAPI KOGNITIF

Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood.
Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan seting lainnya.
Secara umum, tujuan dari terapi kognitif adalah :
    Meningkatkan aktivitas 
    Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan 
    Meningkatkan kepuasan 
    Meningkatkan kemampuan social
Ahli terapi kognitif percaya bahwa respon maladaptive berasal dari distorsi kognitif, yang berasal dari kesalahan logika, kesalahan mencari alasan atau pandangan individu yang tidak menggambarkan realitas. Macam – macam distorsi kognitif antara lain :
  1. Pikiran “ segalanya atau tidak sama sekali “ : anda melihat segala sesuatu dengan kategori hitam putih. Jika prestasi anda kurang dari sempurna maka anda memandang diri anda sebagai orang yang gagal total
  2. Over generalisasi : anda memandang suatu peristiwa yang negative sebagai sebuah pola kekalahan tanpa akhir
  3. Filter mental : anda menemukan sebuah hal kecil yang negative dan terus memikirkannya sehingga pandangan anda tentang realita menjadi gelap, seperti tetesan tinta yang mengeruhkan seluruh air dalam gelas.
  4. Mendiskualifikasi yang positif : anda menolak pengalaman pengalaman positif dengan bersikeras bahwa semua itu bukan apa – apa dengan cara ini anda dapat mempertahankan suatu keyakinan negative yang bertentangan dengan pengalaman – pengalaman anda sehari – hari
  5. Loncatan kesimpulan – kesimpulan, anda membuat sebuah penafsiran negative walaupun tidak ada fakta yang jelas mendukung kesimpulan anda :
  6. Membaca pikiran : dengan sewenang – wenang anda menyimpulkan bahwa seseorang sedang berreaksi negative terhadap anda dan anda tidak mau bersusah payah mengeceknya.
  7. Kesalahan peramal : anda mengharapkan segala sesuatu akan berubah menjadi sangat buruk dan anda merasa yakin bahwa ramalan anda tersebut sudah merupakan suatu fakta yang pasti
  8. Pembesaran (pembencanaan) atau pengecilan : anda melebih – lebihkan pentingnya suatu hal (misalnya kesalahan anda atau kesuksesan orang lain atau dengan tidak tepat mengerutkan segala sesuatu sehingga menjadi sangat kecil (sifat anda yang baik atau cacad orang lain) ini disebut permainan teropong.
  9. Penalaran emosional : anda menganggap bahwa emosi – emosi anda yang negative mencerminkan bagaimana sebenarnya realita : “ saya merasa begitu, maka pastilah saya begitu.”
  10. Pernyataan harus : anda mencoba menggerakkan diri anda sendiri dengan harus serta seharusnya tidak seolah – olah anda harus dicambuk dan dihukum sebelum dapat diharapkan melakukan apapun. Perkataan “ mestinya “ juga merupakan penyerang diri anda, konsekuensi emosionalnya adalah rasa bersalah. Bila anda mengarahkan pernyataan “ harus “ tersebut kepada orang lain, maka anda akan merasakan amarah, frustasi dan kejengkelan.
  11. Memberi cap dan salah memberi cap : suatu bentuk ekstrim dari overgeneralisasi yang anda lakukan bukannya menguraikan kesalahan anda tetapi malah memberikan sebuah cap negative pada diri anda sendiri “ saya memang seorang yang sial “ jika perilaku orang lain menyinggung perasaan anda, maka anda menempelkan seluruh cap negative kepadanya “ saya memang seorang yang bodoh”. Salah memberi cap berarti menggambarkan suatu peristiwa dengan bahasa yang sangat dipengaruhi emosi.
  12. Personalisasi. Anda memandang diri anda sendiri sebagai penyebab dari suatu peristiwa eksternal yang negative, yang dalam kenyataannya sebenarnya bukanlah anda yang pertama – tama harus bertanggungjawab terhadap hal tersebut.
Strategi penanganan perilaku kognitif
  1. Menurunkan cemas
  2. Tehnik relaksasi
  3. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku.
  4. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkanperilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.
  5. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan bayangan/imajinasi
  6. Pencegahan respon . Klien, klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
Restrukturisasi kognitif
  1. Memonitor pikiran dan perasaan (menggunakan format tertentu /daily record of dysfunction thoughts form) : pertanyaannya adalah fakta dan interpretasi fakta tersebut.
  2. Memeriksa alternative, alternative dieksplorasi berdasarkan kekuatan dan sumber koping pasien.
  3. Decatastrophizing. Disebut juga teknik “ bagaimana jika” akan menolong pasien untuk mengevaluasi situasi yang ada. Pertanyaan perawat biasanya “ apa hal yang akan terburuk yang akan terjadi?” bagaimana orang lain mengatasi situasi seperti itu?”
  4. Reframing . adalah strategi yang memodifikasi atau merubah persepsi pasien dari situasi atau perilaku yang ada dengan melihat dari perspektif yang berbeda.
  5. Berhenti berfikir. Teknik ini sangat baik digunakan pada saat disfungsi pemikiran mulai muncul. Pertama kali saat pasien mengidentifikasi pikiran tentang masalah dan membicarakan masalah (melalui imajinasi) perawatan akan berkata STOP setelah itu klien perlu melatih hal ini sendiri.
Mempelajari perilaku baru
  1. Modelling. Klien memeriksa model perilaku yang dapat ditiru
  2. Shaping. Membentuk perilaku dengan cara melihat, menunggu dan memberikan reinforcement pada klien apabila melakukan perilaku yang diinginkan.
  3. Token economy merupakan suatu bentuk reinforcement positif dengan memberikan hadiah misalnya waktu bebas, boleh keluar unit perawatan, permainan atau permen terhadap klien yang melakukan perilaku yang diharapkan.
  4. Latihan kemampuan social. Teknik ini berdasarkan pada kepercayaan bahwa kemampuan dapat dipelajari dan dapat diajarkan, prinsip latihan ini adalah :
  • Petunjuk (gambaran tingkah laku baru yang akan dipelajari)
  • Demonstrasi (memberikan contoh)
  • Praktek
  • Umpan Balik, Setelah klien mampu melakukan perilaku baru kemudian perilaku tersebut ditransfer pada lingkungan sebenarnya.
  1. Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
  2. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan klien.
  3. Contingency therapy. Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.

Terapi Kognitif-Behavioral

Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara  memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.. Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat siperoleh emosi yang lebih positif.  Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan  klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak dikehendaki.
Sumber:
Terjemahan bebas dari tulisan: Beth Horwin, LPC.

Penerapan terapi keperawtan jiwa: terapi kognitif

Ansietas dan harga diri rendah bagian dari masalah mental emosional yang secara nasional prevalensinya 11,6%. Pada tingkat propinsi Jawa barat mental emosional menunjukkan angka tertinggi yaitu 20%, (Riskesda, 2007). Masalah ansietas dan harga diri rendah berada di sebagian besar masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara serius. Menurut Burn (1989) terapi kognitif merupakan terapi yang cepat untuk mengatasi ansietas dan penilaian diri negati (harga diri rendah). Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah: memaparkan penerapan terapi kognitif pada pasien ansietas dan harga diri rendah. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian terapi kognitif pada 10 pasien ansietas dan 7 pasien harga diri rendah di RW 09, 11 dan 13 kelurahan Bubulak bersamaan dengan terapi lain yaitu, psiko edukasi,  toght stoping dan logo terapi. Hasil pemberian terapi kognitif sangat efektif pada 10 pasien ansietas tingkat sedang yang mampu menurunkan tingkat ansietasnya. Terapi kognitif juga efektif pada 7 pasien harga diri rendah terutama pada harga diri rendah situasional. 17 pasien ansietas dan harga diri rendah yang mendapat terapi kognitif menunjukkan peningkatan dalam menurunkan tingkat ansietas, meningkatkan rasa percaya dirinya dan hidup produktif. Berdasarkan hasil ini perlu direkomendasikan bahwa terapi kognitif untuk dapat dijadikan standart terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada seluruh pelayanan kesehatan: rumah sakit umum maupun pusat kesehatan masyarakat. Begitu juga perlu adanya sosialisasi dan pengembangan terapi kognitif pada instansi pendidikan keperawatan terutama program pendidikan spesialis keperawatandan jiwa.

Kognitif terapi adalah metode perawatan psikoterapi yang membantu seseorang mengatasi masalah yang terkait dengan emosi, perilaku dan kognisi melalui metodis dan berorientasi pada tujuan rute.
Banyak teknik yang digunakan dalam terapi kognitif dasar yang sama seperti teori belajar perilaku dan kognitif psikologi.
Banyak masalah non-klinis seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan makan dan gangguan penyalahgunaan zat dapat diobati secara efektif dengan menggunakan terapi kognitif.
Manfaat terapi ini adalah bahwa tidak lama lebar dan dapat ditawarkan pada perorangan atau dalam kelompok. Seseorang juga dapat mengubah teknik yang digunakan dalam terapi sebagai cara self-help. Beberapa terapi berkonsentrasi pada kognitif membantu sementara yang lain berkonsentrasi pada masalah-masalah perilaku.
Terapi kognitif sedang digunakan lebih dan lebih untuk membantu pelaku kriminal dalam upaya untuk mengurangi perilaku kriminal. Banyak penjara dan penjara-penjara di banyak negara memiliki program terapi kognitif sebagai bagian dari rehabilitasi penjara.
Terapi yang berorientasi kognitif berkonsentrasi pada identifikasi dan pemantauan pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang mengarah ke emosi negatif. Selain itu, pasien diajarkan untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang disfungsi dan tidak menolong dan kemudian menggantinya dengan orang-orang yang lebih bermanfaat.
Terapi kognitif percaya dalam menghadapi masa kini dan menghilangkan gejala. Terapi ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi orang yang menderita pasca-traumatic stress disorder (PTSD), obsesif kompulsif (OCD), bulimia nervosa dan depresi klinis. Bahkan, kemujaraban dari terapi ini telah terbukti berkali-kali dan sering yang lebih disukai dibandingkan metode pengobatan untuk perawatan lainnya psikodinamik.

0 comments:

Sunday, July 3, 2011

MENGENAL TERAPI KOGNITIF

Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood.
Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan seting lainnya.
Secara umum, tujuan dari terapi kognitif adalah :
    Meningkatkan aktivitas 
    Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan 
    Meningkatkan kepuasan 
    Meningkatkan kemampuan social
Ahli terapi kognitif percaya bahwa respon maladaptive berasal dari distorsi kognitif, yang berasal dari kesalahan logika, kesalahan mencari alasan atau pandangan individu yang tidak menggambarkan realitas. Macam – macam distorsi kognitif antara lain :
  1. Pikiran “ segalanya atau tidak sama sekali “ : anda melihat segala sesuatu dengan kategori hitam putih. Jika prestasi anda kurang dari sempurna maka anda memandang diri anda sebagai orang yang gagal total
  2. Over generalisasi : anda memandang suatu peristiwa yang negative sebagai sebuah pola kekalahan tanpa akhir
  3. Filter mental : anda menemukan sebuah hal kecil yang negative dan terus memikirkannya sehingga pandangan anda tentang realita menjadi gelap, seperti tetesan tinta yang mengeruhkan seluruh air dalam gelas.
  4. Mendiskualifikasi yang positif : anda menolak pengalaman pengalaman positif dengan bersikeras bahwa semua itu bukan apa – apa dengan cara ini anda dapat mempertahankan suatu keyakinan negative yang bertentangan dengan pengalaman – pengalaman anda sehari – hari
  5. Loncatan kesimpulan – kesimpulan, anda membuat sebuah penafsiran negative walaupun tidak ada fakta yang jelas mendukung kesimpulan anda :
  6. Membaca pikiran : dengan sewenang – wenang anda menyimpulkan bahwa seseorang sedang berreaksi negative terhadap anda dan anda tidak mau bersusah payah mengeceknya.
  7. Kesalahan peramal : anda mengharapkan segala sesuatu akan berubah menjadi sangat buruk dan anda merasa yakin bahwa ramalan anda tersebut sudah merupakan suatu fakta yang pasti
  8. Pembesaran (pembencanaan) atau pengecilan : anda melebih – lebihkan pentingnya suatu hal (misalnya kesalahan anda atau kesuksesan orang lain atau dengan tidak tepat mengerutkan segala sesuatu sehingga menjadi sangat kecil (sifat anda yang baik atau cacad orang lain) ini disebut permainan teropong.
  9. Penalaran emosional : anda menganggap bahwa emosi – emosi anda yang negative mencerminkan bagaimana sebenarnya realita : “ saya merasa begitu, maka pastilah saya begitu.”
  10. Pernyataan harus : anda mencoba menggerakkan diri anda sendiri dengan harus serta seharusnya tidak seolah – olah anda harus dicambuk dan dihukum sebelum dapat diharapkan melakukan apapun. Perkataan “ mestinya “ juga merupakan penyerang diri anda, konsekuensi emosionalnya adalah rasa bersalah. Bila anda mengarahkan pernyataan “ harus “ tersebut kepada orang lain, maka anda akan merasakan amarah, frustasi dan kejengkelan.
  11. Memberi cap dan salah memberi cap : suatu bentuk ekstrim dari overgeneralisasi yang anda lakukan bukannya menguraikan kesalahan anda tetapi malah memberikan sebuah cap negative pada diri anda sendiri “ saya memang seorang yang sial “ jika perilaku orang lain menyinggung perasaan anda, maka anda menempelkan seluruh cap negative kepadanya “ saya memang seorang yang bodoh”. Salah memberi cap berarti menggambarkan suatu peristiwa dengan bahasa yang sangat dipengaruhi emosi.
  12. Personalisasi. Anda memandang diri anda sendiri sebagai penyebab dari suatu peristiwa eksternal yang negative, yang dalam kenyataannya sebenarnya bukanlah anda yang pertama – tama harus bertanggungjawab terhadap hal tersebut.
Strategi penanganan perilaku kognitif
  1. Menurunkan cemas
  2. Tehnik relaksasi
  3. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku.
  4. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkanperilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.
  5. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan bayangan/imajinasi
  6. Pencegahan respon . Klien, klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
Restrukturisasi kognitif
  1. Memonitor pikiran dan perasaan (menggunakan format tertentu /daily record of dysfunction thoughts form) : pertanyaannya adalah fakta dan interpretasi fakta tersebut.
  2. Memeriksa alternative, alternative dieksplorasi berdasarkan kekuatan dan sumber koping pasien.
  3. Decatastrophizing. Disebut juga teknik “ bagaimana jika” akan menolong pasien untuk mengevaluasi situasi yang ada. Pertanyaan perawat biasanya “ apa hal yang akan terburuk yang akan terjadi?” bagaimana orang lain mengatasi situasi seperti itu?”
  4. Reframing . adalah strategi yang memodifikasi atau merubah persepsi pasien dari situasi atau perilaku yang ada dengan melihat dari perspektif yang berbeda.
  5. Berhenti berfikir. Teknik ini sangat baik digunakan pada saat disfungsi pemikiran mulai muncul. Pertama kali saat pasien mengidentifikasi pikiran tentang masalah dan membicarakan masalah (melalui imajinasi) perawatan akan berkata STOP setelah itu klien perlu melatih hal ini sendiri.
Mempelajari perilaku baru
  1. Modelling. Klien memeriksa model perilaku yang dapat ditiru
  2. Shaping. Membentuk perilaku dengan cara melihat, menunggu dan memberikan reinforcement pada klien apabila melakukan perilaku yang diinginkan.
  3. Token economy merupakan suatu bentuk reinforcement positif dengan memberikan hadiah misalnya waktu bebas, boleh keluar unit perawatan, permainan atau permen terhadap klien yang melakukan perilaku yang diharapkan.
  4. Latihan kemampuan social. Teknik ini berdasarkan pada kepercayaan bahwa kemampuan dapat dipelajari dan dapat diajarkan, prinsip latihan ini adalah :
  • Petunjuk (gambaran tingkah laku baru yang akan dipelajari)
  • Demonstrasi (memberikan contoh)
  • Praktek
  • Umpan Balik, Setelah klien mampu melakukan perilaku baru kemudian perilaku tersebut ditransfer pada lingkungan sebenarnya.
  1. Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
  2. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan klien.
  3. Contingency therapy. Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.

Terapi Kognitif-Behavioral

Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara  memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya). Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan yang sedang dialaminya.. Dengan kata lain, konseling kognitif memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat siperoleh emosi yang lebih positif.  Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan  klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak dikehendaki.
Sumber:
Terjemahan bebas dari tulisan: Beth Horwin, LPC.

Penerapan terapi keperawtan jiwa: terapi kognitif

Ansietas dan harga diri rendah bagian dari masalah mental emosional yang secara nasional prevalensinya 11,6%. Pada tingkat propinsi Jawa barat mental emosional menunjukkan angka tertinggi yaitu 20%, (Riskesda, 2007). Masalah ansietas dan harga diri rendah berada di sebagian besar masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa secara serius. Menurut Burn (1989) terapi kognitif merupakan terapi yang cepat untuk mengatasi ansietas dan penilaian diri negati (harga diri rendah). Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah: memaparkan penerapan terapi kognitif pada pasien ansietas dan harga diri rendah. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian terapi kognitif pada 10 pasien ansietas dan 7 pasien harga diri rendah di RW 09, 11 dan 13 kelurahan Bubulak bersamaan dengan terapi lain yaitu, psiko edukasi,  toght stoping dan logo terapi. Hasil pemberian terapi kognitif sangat efektif pada 10 pasien ansietas tingkat sedang yang mampu menurunkan tingkat ansietasnya. Terapi kognitif juga efektif pada 7 pasien harga diri rendah terutama pada harga diri rendah situasional. 17 pasien ansietas dan harga diri rendah yang mendapat terapi kognitif menunjukkan peningkatan dalam menurunkan tingkat ansietas, meningkatkan rasa percaya dirinya dan hidup produktif. Berdasarkan hasil ini perlu direkomendasikan bahwa terapi kognitif untuk dapat dijadikan standart terapi spesialis keperawatan jiwa dan disosialisasikan pada seluruh pelayanan kesehatan: rumah sakit umum maupun pusat kesehatan masyarakat. Begitu juga perlu adanya sosialisasi dan pengembangan terapi kognitif pada instansi pendidikan keperawatan terutama program pendidikan spesialis keperawatandan jiwa.

Kognitif terapi adalah metode perawatan psikoterapi yang membantu seseorang mengatasi masalah yang terkait dengan emosi, perilaku dan kognisi melalui metodis dan berorientasi pada tujuan rute.
Banyak teknik yang digunakan dalam terapi kognitif dasar yang sama seperti teori belajar perilaku dan kognitif psikologi.
Banyak masalah non-klinis seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan makan dan gangguan penyalahgunaan zat dapat diobati secara efektif dengan menggunakan terapi kognitif.
Manfaat terapi ini adalah bahwa tidak lama lebar dan dapat ditawarkan pada perorangan atau dalam kelompok. Seseorang juga dapat mengubah teknik yang digunakan dalam terapi sebagai cara self-help. Beberapa terapi berkonsentrasi pada kognitif membantu sementara yang lain berkonsentrasi pada masalah-masalah perilaku.
Terapi kognitif sedang digunakan lebih dan lebih untuk membantu pelaku kriminal dalam upaya untuk mengurangi perilaku kriminal. Banyak penjara dan penjara-penjara di banyak negara memiliki program terapi kognitif sebagai bagian dari rehabilitasi penjara.
Terapi yang berorientasi kognitif berkonsentrasi pada identifikasi dan pemantauan pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang mengarah ke emosi negatif. Selain itu, pasien diajarkan untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran, keyakinan, asumsi dan perilaku yang disfungsi dan tidak menolong dan kemudian menggantinya dengan orang-orang yang lebih bermanfaat.
Terapi kognitif percaya dalam menghadapi masa kini dan menghilangkan gejala. Terapi ini telah terbukti sangat bermanfaat bagi orang yang menderita pasca-traumatic stress disorder (PTSD), obsesif kompulsif (OCD), bulimia nervosa dan depresi klinis. Bahkan, kemujaraban dari terapi ini telah terbukti berkali-kali dan sering yang lebih disukai dibandingkan metode pengobatan untuk perawatan lainnya psikodinamik.

No comments: