Bimbingan Karier di SLTA

Bimbingan Karier di SLTA

Kematangan Karier siswa

Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya
,beberapa estimasi kasar sudah tersedia .Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan
menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih
tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah

lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50
persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan
bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat
intelektual siswa .
Perbedaan dalam aspirasi karier , diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan - perbedaan
subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan
perbedaan - perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri,
perkembangan dan kesehatan fisik ) Dillart dan Campbell(1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap
prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari keluarga
keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa
orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya
Plata(1981) membandingkan aspirasi - aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional .dengan menggunakan okupasional aspirasion scale , ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional .
Pound(1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor - prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
Perbedaan dalam Perkembangan Karier .
Pandangan tentang perbedaan - perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari
the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak
anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample .penemuan penemuannya antara lain sebagai
berikut (Mitchell,1977).
Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana
rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan
para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya
menyadari kemampuan-kemampuannya.
Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi,
kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka
kerjakan kelak.
Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SLTA
Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang
berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan
karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan
selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi
tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari
seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan
pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan
keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance,
Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making
(Cysbers&Pritchard,1969:74) merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih
lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu
okupasi khusus
Tujuan bimbingan karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya
menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan
karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan
memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang
sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang
diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai
konsumen.
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.
secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata
pelajaran.

0 comments:

Saturday, July 30, 2011

Bimbingan Karier di SLTA

Bimbingan Karier di SLTA

Kematangan Karier siswa

Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya
,beberapa estimasi kasar sudah tersedia .Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan
menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih
tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah

lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50
persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan
bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat
intelektual siswa .
Perbedaan dalam aspirasi karier , diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan - perbedaan
subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan
perbedaan - perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri,
perkembangan dan kesehatan fisik ) Dillart dan Campbell(1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap
prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari keluarga
keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa
orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya
Plata(1981) membandingkan aspirasi - aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional .dengan menggunakan okupasional aspirasion scale , ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional .
Pound(1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor - prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
Perbedaan dalam Perkembangan Karier .
Pandangan tentang perbedaan - perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari
the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak
anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample .penemuan penemuannya antara lain sebagai
berikut (Mitchell,1977).
Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana
rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan
para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya
menyadari kemampuan-kemampuannya.
Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi,
kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka
kerjakan kelak.
Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SLTA
Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang
berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan
karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan
selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi
tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari
seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan
pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan
keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance,
Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making
(Cysbers&Pritchard,1969:74) merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih
lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu
okupasi khusus
Tujuan bimbingan karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya
menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan
karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan
memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang
sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang
diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai
konsumen.
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.
secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata
pelajaran.

No comments: