Teori Analitik Jung
Carl Gustav Jung
lahir di Kesswyl, suatu kota dikawasan Lake Constace di Canton Thurgau, Swiss,
pada tanggal 26
Juli 1875 dan besar
di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada Gereja Reformasi Swiss. Jung
masuk
Universitas
Universitas
Basel dengan tujuan
untuk menjadi seorang ahli bahasa-bahasa kuno dan jika mungkin menjadi seorang
arkeolog,
tetapi suatu mimpi
telah membangkitkan minatnya dalam studi ilmu-ilmu alamdan secara kebetulan
dalam ilmu
kedokteran. Setelah
ia mendapat gelar kedokteran dari Universitas Basel ia menjadi asisten pada
Rumah Sakit Jiwa di
Burgholzli, Zurich,
dan Klinik Psikiatri Zurich dan mulailah keriernya dalam psikiatri.
Dalam tahun 1909 ia
melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan pada tahun 1913 ia melepaskan jabatan
lektor dalam
psikiatri pada
Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan seluruh waktunya untuk praktik
privat, memberikan
latihan, penelitian,
bepergian dan menulis. Selama bertahun-tahun ia mengadakan seminar dalam bahasa
inggris untuk
mahasiswa-mahasiswa
yang berbahasa inggris, dan tak lama ia berhenti dari kegiatan mengajar, sebuah
lembaga
pendidikan untuk
menghormat namanya didirikan di Zurich.
Pada tahun 1944
Jurusan Psikologi Kedokteran pada Universitas Basel dibuka khusus untuk Jung,
tetapi kesehatannya
yang mulai memburuk
membuatnya terpaksa untuk berhenti dari jabatan ketua setelah satu tahun ia
meninggal dunia
pada tanggal 6 Juni
1961 di Zurich dalam usia 85 tahun. Karya Jung yang diterbitkan setelah
kematiannya adalah
Memories, dreams,
reflektions. Suasana buku itu tercermin dalam kalimat pertamanya
“Kehidupanku adalah
suatu kisah
realisasi-diri ketidaksadaran”. Carl Gustav Jung diakui sebagai salah
seorang diantara ahli-ahli pikir
psikologi yang
terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, aia mengabdikan dirinya dengan segenap
tenaga dan tujuan
tunggal untuk
menganalisis proses-proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.
Meskipun teori
kepribadian Jung biasanya dipandang sebgai teori psikoanalitik karena
tekanannya pada proses-proses
ketidaksadaran, namum
berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori kepribadian Freud. Mungkin segi
yang
paling khusus dan
mencolok dalam pandangan Jung tentang manusia adalah bahwa ia tidak hanya
ditentukan oleh
sejarah individu dan
ras (kausalitas), tetapi juga ditentukan oleh tujuan-tujuan dan
aspirasi-aspirasi (teologi). Baik masa
lampau sebagai
aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah
laku sekarang.
Mengutip kata-kata
Jung, “ Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun
sebab-sebab”.
Struktur Kepribadian.
Keseluruhan
kepribadian atau psikhe, sebagaimana disebut oleh Jung terdiri dari sejumlah
sistem yang berbeda,
namun saling
berinteraksi. Sistem-sistem yang terpenting adalah ego, ketidaksadaran pribadi
berserta komplekskompleksnya,
ketidaksadaran
kolektif beserta arkhetipus-arkhetipusnya, persona, anima dan animus, dan
bayangbayang.
Disamping
sistem-sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-sikap introversi dan
ekstraversi, serta fungsifungsi
pikiran, perasaan,
pendirian, dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self) yang merupakan pusat dari
seluruh
kepribadian.
- Kesadaran (Consciusness)
dan Ego
Ego adalah jiwa sadar
yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan
perasaan-perasaan
sadar. Ego melahirkan
perasan identitas dan kontinuitas seseorang, dan dari segi pandangan sang
pribadi ego
dipandang berada pada
kesadaran.
- Ketidaksadaran
Pribadi
Adalah dearah yang
berdekatan dengan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang
pernah sadar tetapi
kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta
pengalaman-pengalaman
yang terlalu lemah
untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Isi dari ketidaksadaran
pribadi, seperti isi bahan
bahan prasadar pada
konsep freud dapat menjadi sadar, dan berlangsung banyak hubungan dua arah
antara
ketidaksadaran
pribadi dan ego.
- Kompleks-kompleks
Kompleks adalah
kelompok yang terorganisir atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran,
persepsi-persepsi, dan
ingatan-ingatan yang
terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak
seperti magnet
menarik atau
“mengkonstelasikan” berbagai pengalaman kearahnya.
- Ketidaksadaran
Kolektif
Adalah gudang
bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang,
masa lampau yang
meliputi tidak hanya
sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri, tetapi juga leluhur
pramanusiawi atau nenek
moyang binatangnya.
Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa
yang menumpuk
sebagai akibat dari
pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi.
- Persona
Adalah topeng yang
dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan kebiasaan dan tradisi
masyarakat, serta
kebutuhan-kebutuhan
arketipal sendiri. Ia merupakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada
seseorang,
sebagian yang oleh
masyarakat diharapkan dimainkan oleh seseorang dalam hidupnya. Tujuan topeng
adalah untuk
menciptakan kesan
tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski tidak selalu, ia
menyembunyikan hakekat
sang pribadi yang
sebanarnya. Persona adalah kepribadian publik.
- Anima dan Animus
Manusia pada
hakekatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingkat fisiologis, laki-laki
mengeluarkan hormon seks
laki-laki maupun
perempuan, demikian juga perempuan. Pada tingkat psikologis, sifat-sifat
maskulin dan feminin
terdapat pada kedua
jenis tersebut. Hormon seksualitas hanyalah salah satu bentuk perwujudan
kondisi-kondisi
tersebut, yang paling
mengesankan adalah munculnya konsepsi tentang biseksualitas manusia. Jung
mengaitkan sisi
feminin kepribadian
pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe
feminin pada pria
disebut anima,
arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Karena ditentukan oleh
kromosom-kromosom janis dan
kelenjar-kelenjar sek
dan produk daro pengalaman-pengalaman ras pria dengan wanita dan wanita dengan
pria.
Dengan kata lain
karena hidup bersama wanita berabad-abad, pria telah menjadi feminin; karena
hidup bersama pria,
wanita telah menjadi
maskulin.
- Bayang-bayang
(Shadow)
Arkhetipe
bayang-bayang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam
evolusinya dari bentuk-bentuk
kehidupan yang lebih
rendah. Maka dari itu bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat
manusia. sebagai
arkhetipe,
bayang-bayang melahirkan dalam diri kita konsepsi tentang dosa asal; bila
bayang-bayang diproyeksikan
keluar, maka ia
menjadi iblis atau musuh. Arkhetipe bayang-bayang juga mengakibatkan munculnya
pikiran, perasaan,
dan tindakan yang
tidak menyenangkan dan patut dicela oleh masyarakat dalam kesadaran dan tingkah
laku.
Selanjutnya semua hal
ini bisa disembunyikan dari pandangan publik oleh persona atau direpresikan
kedalam
ketidaksadaran
pribadi.
- Diri (self)
Diri adalah titik
pusat kepribadian disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan. Ia
mempersatukan sistem-sistem
ini dan memberikan
kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada keribadian. Diri
adalah tujuan
hidup, suatu tujuan
yang terus menerus diperjuangkan orang, tetapi yang jarang tercapai. Seperti
semua arkhetipe, ia
memotivasikan tingkah
laku manusia dan menyebabkan oleh mencari kebulatan, khususnya melalui
cara-cara yangdisediakan oleh agama. Pengalaman-pengalaman religius sejati
merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat ke
diri (self hood) yang
mampu dicapai oleh kebanyakan manusia.
- Sikap
Jung membedakan dua
sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap
introversi. Sikap
ektraversi
mengarahkan sang pribadi ke dunia luar, dunia objektif, sikap introversi
mengarahkan orang kedunia dalam,
dunia subjektif.
Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian, tetapi biasanya salah
satu diantaranya
dominan dan sadar,
sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lebih bersifat
ekstravert dalam
relasinya dengan
dunia, maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.
- Fungsi
Ada empat fungsi
psikologis fundamental: pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Berfikir
melibatkan ide-ide dan
intelek. Dengan
berfikir manusia memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri. Perasaan adalah
fungsi evaluasi; ia
adalah nilai
benda-benda, entah bersifat positif dan negatif, bagi subjek. Fungsi perasaan
memberikan manusia
pengalaman-pengalaman
subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan,
kegembiraan,
dan cinta. Pendirian
adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan, ia menghasilkan fakta-fakta
konkret atau bentukbentuk
representasi dunia.
Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan isi dibawah ambang
kesadaran.
Orang yang intuitif
melampaui fakta-fakta, perasaan dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.
Dinamika Kepribadian
Jung memandang
kepribadian atau psikhe sebagai sistem energi yang setengah tertutup. Ia tidak
disebut sama sekali
tertutup karena
energi dari sumber-sumber luar harus ditambahkan pada sistem, misalnya dengan
makan, atau
dikurangi dari
sistem. Misalnya dengan malakukan pekerjaan yang menggunakan otot.
Variasi struktur
kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar dibuat
formulanya. Akhirnya
Jung mencoba
mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan fungsi/tujuan
penggunaan energi psikis:
- Prinsip oposisi
Berbagai sistem,
sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara: saling
bertentangan (oppose),
saling mendukung
(compensate), dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Prinsip oposisi paling
sering terjadi,
karena kepribadian
berisi berbagai kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan (akibat konflik)
adalah esensi
hidup; tanpa itu
tidak ada enerji dan tidak ada keperibadian. Oposisi muncul dimana-mana-ego
versus shadow,
introversi versus
ekstraversi, berpikir versus berperasaan, dan anima/animus versus ego (juga
saling berkompensasi).
Oposisi juga terjadi
antara tipe kepribadian, ekstraversi versus introversi, fikiran versus perasaan
dan penginderaan
versus intuisi.
- Prinsip kompensasi
Dipakai untuk menjaga
agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi antara sadar dan
taksadar; fungsi
yang dominan pada
kedasaran dikompensasi oleh hal lain yang direpres. Misalnya kalau sikap sadar
mengalami
frustasi, sikap
taksadar akan mengambil alih. Ketika orang tidak dapat mencapai apa yang
dipilihnya, dalam tidur sikap
taksadar mengambil
alih dan muncul ekspresi mimpi. Arsetip berkompensasi dengan pikiran sadar,
anima/animus
berkompensasi dengan
karakter feminin/maskulin.
- Prinsip penggabungan
Menurut Jung,
kperibadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan yang ada.
Berusaha untuk
mensintesakan
pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integral
ini hanya sukses
dicapai melalui
fungsi transeden.
Energi Psikis
Energi yang
menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis. Energi psikis merupakan
manifestasi energi
kehidupan, yaitu
energi organisme sebagai sistem biologis. Energi psikis lahir seperti semua
energi vital lain, yaitu dari
proses-proses metabolitik
tubuh. Istilah Jung untuk energi kehidupan adalah libido. Tetapi ia juga
menggunakan libido
secara berganti-ganti
dengan energi psikis. Jung tidak mempunyai pendirian tegas tentang hubungan
antara energi
psikis tetapi ia
yakin bahwa hipotesis yang dapat diterima.
- Fungsi energi
Interaksi antar
struktur kepribadian membutuhkan energi. Jung berpendapat bahwa personality
adalah sistem yang
leratif, bersifat
kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem energi lainnya. Kepribadian
dapat mengambil energi
baru dari proses
boilogik dan dari sumber eksternal, yakni pengalaman individu, untuk memperkuat
energi psikis.
Berfungsinya
kepribadian tergantung kepada bagaimana energi yang dipakai. Energi yang
dipakai oleh kepribadian di
sebut energi psikis,
atau energi hidup (life energi). Energi itu tampak dari kekuatan semangat,
kemauan, dan keinginan,
serta berbagai proses
seperti mengamati, berpikir, dan memperlihatkan
- Nilai psikis
Ukuran banyaknya
energi psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian disebut nilai
psikis (psychic value)
dari unsur itu. Suatu
ide atau perasaan tertentu dikatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau
ide atau perasaan itu
memainkan peran
penting dalam meneruskan dan mengarahkan tingkah laku.
Kesamaan
(equivalence) dan keseimbangan (entropy)
Enegi psikis bekerja
mengikuti hukum termodinamika, yaitu prinsip ekuivalen dan prinsip entropi.
Prinsip ekuivalen
menyatakan jumlah
energi psikis selalu tetap, hanya distribusinya yang berubah. Jika energi pada
satu elemen
menurun, energi pada
elemen lain akan naik. Misalnya, jika perhatian anak kepada orang tuanya
menurun, maka
perhatiannya kepada
teman sebayanya akan naik. Orang yang energi sadarnya bertambah, energi energi
taksadarnya
akan berkurang.
Prinsip entropi
mengemukakan tentang kecenderungan energi menuju keseimbangan. Dua benda yang
panasnya
berbeda, manakala
bersentuhan maka benda yang lainlebih panas akan mengalirkan panasnya kebenda
yang lebih
dingin, sampai
tenperatur keduanya sama. Jadi apabila dua nilai psikis kekuatannya tidak sama,
maka energi yang lebih
tinggi akan mengalir
ke energi yang lebih rendah, sampai terjadi keseimbangan.
Perkembangan
Kepribadian
Perkembangan
kepribadian adalah salah satu peristiwa psikis yang sangat penting, pendekatan
Jung untuk
menjelaskan mengapa
peristiwa psikis itu terjadi lebih lengkap dibanding Freud. Pandangan Freud
bersifat mekanistik
atau kausalistik,
menurutnya semua peristiwa disebabkan oleh semua yang terjadi pada masa lalu.
Jung
mengedepankan pandangan
purposif atau teologik, yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa
depan
atau tujuan. Jung
yakin bahwa dua pandangan ini, mekanistik dan purposif dibutuhkan dibutuhkan
untuk melengkapi
pemahaman terhadap
kepribadian: masa kini bukan hanya ditentukan oleh masa lalu, tetapi juga oleh
masa depan.
Prinsip mekanistik
akan membuat manusia menjadi sengsara, karena terpenjara masa lalu. Manusia
tidak bisa bebas
menentukan tujuan
atau membuat rencana karena masa lalu yang tidak dapat diubah itu yang
menentukan apa yang
akan terjadi.
Sebaliknya prinsip purposif membuat membuat orang mempunyai perasaan penuh
harapan, ada sesuatu
yang membuat orang
berjuang dan bekerja.
Menurut Jung,
peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua
peristiwa psikis yang
terjadi secara
bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari
yang lain, karena
keduanya tidak dapat
ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan prinsip
sinkronisitas.
0 comments:
Post a Comment