Ternyata Susu Formula Bisa Memicu Diabetes Lho …!


Ternyata Susu Formula Bisa Memicu Diabetes Lho …!

Ini bukan mengada-ngada, ternyata susu formula bisa menjadi pemicu diabetes type 1. Hal ini diketengahkan oleh hasil penelitian para ilmuawan Italia. Penelitian tersebut memaparkan bahwa susu sapi yang diminum bayi manusia dapat meningkatkan level antibodi beta casein dan bisa menyebabkan diabetes type 1, sedangkan bayi dengan ASI mempunyai resiko lebih rendah pada diabetes type 1 karena ASI bisa mencegah pembentukan antibodi beta casein.


Lebih jelasnya berikut kutipan hasil penelitian:
To determine the link between cow’s milk (and cow’s milkbased infant formula) consumption and the development of antibody response to cow’s milk protein, Italian researchers measured the antibody response of 16 breastfed and 12 cow’s milk-fed infants under four months of age. Cow’s milk-fed infants had elevated levels of beta-casein antibodies when compared to breastfed infants. They concluded that breastfeeding for the first four months prevented the production of antibodies and could have a preventive effect on the development of Type 1 diabetes.
Monetini L, Cavallo MG, Stefanini L, Ferrazzoli F, Bizzarri C, Marietti G, Curro V, Cervoni M, Pozzilli P, IMDIAB Group. Bovine beta-casein antibodies in breast-and bottle-fed infants: their relevance in Type 1 diabetes. Hormone Metab Res 34: 455-459, 2002
Pada tahun 2001 menurut wikipedia, WHO menyatakan bahwa susu formula yang telah memenuhi syarat codex alimentarius adalah makanan komplimen yang aman dan cocok menjadi pengganti ASI. Namun, pada tahun 2003 masih menurut wikipedia, WHO dan UNICEF menyatakan hal baru tentang susu formula dengan menambahkan bahwa kurangnya asupan ASI pada setengah tahun pertama adalah faktor penting yang memicu ketidaksehatan dan kematian.
UNICEF juga memberikan tambahan bahwa; (maaf males nerjemah …
UNICEF estimates that a formula-fed child living in unhygienic conditions is between 6 and 25 times more likely to die of diarrhea and four times more likely to die of pneumonia than a breastfed child. Rarely, use of powdered infant formula (PIF) has been associated with serious illness, and even death, due to infection with Enterobacter sakazakii and other microorganisms that can be introduced to PIF during its production.
Tuh kan lebih lengkap. Susu sapi yang diberikan kepada bayi tidak hanya menyebabkan diabetes saja, dan masih banyak yang lainnya. Lebih lengkap lagi tinggal minta bantuan google dengan kata Bahaya Susu Formula, pasti Anda akan menemukan berbagai ulasan dan penelitian mengenai berbagai penyakit yang bisa dipicu oleh susu sapi.
ASI untuk bayiHal ini mengingatkan kita pada anugrah yang telah diberikan Tuhan pada kita yakni ASI. ASI mempunyai kandungan yang luar biasa, yang bisa membantu pertumbuhan manusia lebih baik. Dengan mempunyai ASI, perempuan mempunyai tugas luar biasa dalam mengemban misi kemanusiaan. Laki-laki wajib memberikan kebutuhan yang diperlukan istrinya agar dapat menyusui bayinya secara eksklusif. Bukannya anti wanita karir lho, tapi usul saja kepada yang para boss yang mempunyai perusahaan agar memberikan cuti sekurang-kurangnya 6 bulan kepada wanita menyusui.
Terus bagaimana dengan susu formula yang berada di pasaran? apakah semuanya mempunyai resiko yang sama? ya pertimbangkan sendiri, WHO dan UNICEF memberikan informasi seperti itu, Anda bisa memilah sendiri takaran resiko yang bisa diambil.
Lho bukannya susu mempunyai berbagai manfaat untuk manusia? Masih ingatkan slogan 4 sehat 5 sempurna? Susu bahkan menjadi penyempurna konsumsi makanan kita? lho kok bertentangan dengan ulasan diatas?
Jawabannya simple, susu yang mana dulu?
Lanjut halaman 2 untuk mengetahui berbagai manfaat susu sapi bagi manusia, serta info penting tentang pemilahan kualitas susu sesuai perlakuan terhadapnya.
Susu hewan (sapi) memang mempunyai beberapa macam manfaat yang luar biasa. Itulah mengapa susu sapi telah menjadi budaya dari peradaban-peradaban kuno seperti Asyiria dan India, bahkan juga masuk dalam kitab suci. Berbagai enzim entahlah namanya -karena saya bukan ahli nutrisi- mempunyai sumbangan yang sangat baik kepada tubuh manusia. Tetapi enzim-enzim baik tersebut juga bercampur dengan enzim-enzim yang tidak baik dalam susu sapi. Karena itu ada strata dalam susu, dibutuhkan perlakuan tertentu untuk menghindari zat buruk dan hanya mengambil zat baik. Jadi yang dimaksud dengan dengan susu sehat adalah susu yang masih mengandung zat-zat baik tersebut.
Untuk menjelaskan strata susu berdasarkan kandungan yang dimilikinya, saya banyak memetik dari blog Bu Lita di inirumahku.com, kalau ingin langsung membaca lebih lengkap sila langsung meluncur.
Susu mempunyai beberapa perbedaan sesuai dengan perlakuan terhadapnya dan kandungan yang dimilikinya.

Susu Mentah

Susu mentah adalah susu yang tidak diproses baik pasteurisasi maupun homogenisasi. Susu tersebut masih lengkap dan fresh, ya gizinya ya resikonya. Kok gitu? Iya karena susu ini masih mengandung semua zat yang ada dalam susu, termasuk mikroorganisme baik dan buruk (penjelasan secara kimiawinya nggak mudeng), yang jelas didalamnya masih terkumpul zat baik juga zat buruk, yang berasal dari dalam kandungan susu itu sendiri maupun terkontaminasi ketika pemerahan. Sebenarnya sanitasi bisa menjadi solusi, namun anjuran yang tepat adalah, lebih penting menjaga kemungkinan buruk terkontaminasi daripada ingin mendapatkan nutrisi baik dari susu mentah.

Sebagaimana anjuran US-FDA; Meminum susu mentah atau produk-susu dalam keadaan mentah adalah seperti “bermain rolet Rusia (berjudi) dengan kesehatan anda,” ujar John Sheehan, direktur Divisi Keamanan Produk Susu dan Telur di FDA. “Kami mendapati sejumlah kasus kejadian penyakit yang menular lewat makanan setiap tahunnya yang berkaitan dengan konsumsi susu mentah.”

Susu Pasteurisasi

Melakukan pasteurisasi pada susu sangat mudah dan dapat dilakukan sendiri ketika kita membeli susu mentah. Pasteurisasi adalah proses memanaskan makanan dengan tujuan membunuh organisme patogen (yang dapat menyebabkan penyakit) seperti bakteri, virus, protozoa, jamur (kapang), dan ragi. Pasteurisasi adalah suatu proses memanaskan produk (dalam hal ini, susu) dibawah titik didihnya, dengan tujuan untuk membunuh semua mikroorganisme pathogen.  Selain membuat susu menjadi aman dikonsumsi manusia, pasteurisasi juga akan memperpanjang umur simpan dari susu karena sebagian bakteri perusak/pembusuk susu juga mati.  Ada dua cara untuk melakukan pasteurisasi, yakni secara LTLT (Low Temperature, Long Time) dan HTST (High Temperature, Short Time). Pasteurisasi LTLT artinya, susu dipanaskan pada suhu 63 oC selama 30 menit. Sedangkan pasteurisasi HTST adalah memanaskan susu pada 72 oC selama 16 detik, setelah itu susu didinginkan hingga 4 oC.
Tidak seperti sterilisasi yang mematikan semua mikroorganisme, baik yang patogen maupun yang menguntungkan. Pasteurisasi hanya mengurangi jumlah mikroorganisme hidup hingga tidak lagi berisiko menyebabkan penyakit (dengan asumsi produk yang telah dipasteurisasi disimpan dalam keadaan dingin dan dikonsumsi sebelum tanggal kadaluarsa).
Sebagai tambahan, kasein tidak terdegradasi pada temperatur proses pasteurisasi, tapi terkoagulasi (tergumpalkan) pada saat dididihkan. Ini menjelaskan mengapa susu yang dididihkan memiliki konsistensi (penampakan ‘kesatuan bentuk’) yang berbeda. Dan karena itulah, sebaiknya susu tidak dididihkan.
Pasteurisasi efektif membunuh bakteri-bakteri yang berpotensi patogenik di dalam susu.  Namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat termoresisten alias tahan terhadap suhu tinggi. Karena itulah ada proses sterilisasi yang disebut dengan UHT.

Susu UHT

Proses UHT (Ultra High Temperature) adalah sterilisasi parsial yang diterapkan pada produk-produk pangan, termasuk susu, untuk melenyapkan semua bakteri pembusuk maupun pathogen berikut sporanya.  Dalam proses ini, susu dipanaskan pada suhu tinggi yang melampaui titik didihnya (minimal 135 oC) selama 2 hingga 5 detik, dan selanjutnya susu dikemas dalam kemasan yang aseptik.
Bedanya dengan pasteurisasi, UHT membunuh semua mikroorganisme. Karena itu, susu UHT dikenal juga dengan sebutan susu steril.
Umur simpan susu UHT ini jauh lebih panjang dari susu pasteurisasi, bisa tahan selama 6 bulan tanpa refrigerasi (pendinginan).  Tetapi ini hanya berlaku untuk susu UHT yang kemasannya belum dibuka.  Begitu kemasannya dibuka, susu UHT akan mudah terkontaminasi dengan bakteri pembusuk.  Oleh karena itu, setelah dibuka susu harus disimpan di dalam refrigerator/lemari es (suhu 3-5 oC) dan sebaiknya segera habiskan dalam jangka waktu 7 sampai 10 hari.  Selain umur simpan, perbedaan antara susu pasteurisasi dengan susu UHT terletak pada rasa.  Susu UHT memiliki cita rasa yang lebih ‘matang’ dari susu pasteurisasi.

Susu Bubuk

Susu bubuk adalah susu dengan kualitas terendah dan lebih umum di negara berkembang seperti Indonesia. Susu bubuk adalah susu yang dikeringkan, jadi tahapannya lebih panjang daripada pasteurisasi maupun UHT, tentu saja telah kehilangan nutrisi yang sesungguhnya dikandung susu (untuk tidak mengatakan tinggal ampasnya saja he he he). Mengapa susu bubuk lebih umum? karena susu bubuk lebih tahan lama, mengurangi biaya transportasi dan mengurangi biaya penyimpanan, baik bagi produsen maupun konsumen. Untuk menambal apa yang telah hilang dari susu biasanya produsen menambahkan hal-hal baru seperti vitamin dan berbagai mineral. Ya seperti jualan vitamin dan mineral dengan mengatakan susu, karena kandungan susunya sudah hilang.

Hal-hal penting

  1. Usahakan bayi tetap mendapatkan ASI sampai 2 tahun dan sebaiknya tanpa susu formula, MPASI masih jauh lebih baik daripada memberi tambahan susu formula
  2. Untuk tetap bisa menikmati kandungan susu, sebaiknya memilih susu yang telah di pasteurisasi atau UHT
  3. Bila membeli susu mentah sebaiknya dipasteurisasi sendiri
  4. Untuk mengetahui susu yang di beli dari pedagang keliling, apakah masih asli atau sudah dioplos dengan bahan lain. Coba teteskan pada kertas koran, apakah melebar dengan cepat dan luas atau tidak. Kalau iya berarti susu telah dioplos.
  5. Yang dimaksud dengan 5 sempurnya dari susu adalah susu yang masih mengandung berbagai manfaat susu
  6. Minum susu jangan karena gengsi tapi untuk kebutuhan

Sumber-sumber

  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Infant_formula
  2. http://lita.inirumahku.com/health/lita/secuil-tentang-produk-susu-sapi/
Sumber tambahan bagi yang ingin memperdalam pemahamannya tentang resiko susu formula dan manfaat susu itu sendiri;
  1. http://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/intro.html
  2. http://www.foodsafety.gov/~ear/pmo01c.html
  3. http://www.fda.gov/fdac/features/2004/504_milk.html
  4. http://www.cfsan.fda.gov/~dms/fdnewlab.html
  5. http://www.junkscience.com/foxnews/fn032301.htm
Silahkan download hasil research tentang resiko susu formula
  1. http://www.infactcanada.ca/RisksofFormulaFeeding.pdf
Sekian sedikit ulasan tentang bahaya dan resiko susu formula bagi bayi. Para pembaca yang ahli nutrisi, diharapkan memberikan tambahan seperlunya untuk melengkapi kekurangan tulisan ini.

http://kafeilmu.com/2011/10/ternyata-susu-formula-bisa-memicu-diabetes.html

0 comments:

Wednesday, October 26, 2011

Ternyata Susu Formula Bisa Memicu Diabetes Lho …!


Ternyata Susu Formula Bisa Memicu Diabetes Lho …!

Ini bukan mengada-ngada, ternyata susu formula bisa menjadi pemicu diabetes type 1. Hal ini diketengahkan oleh hasil penelitian para ilmuawan Italia. Penelitian tersebut memaparkan bahwa susu sapi yang diminum bayi manusia dapat meningkatkan level antibodi beta casein dan bisa menyebabkan diabetes type 1, sedangkan bayi dengan ASI mempunyai resiko lebih rendah pada diabetes type 1 karena ASI bisa mencegah pembentukan antibodi beta casein.


Lebih jelasnya berikut kutipan hasil penelitian:
To determine the link between cow’s milk (and cow’s milkbased infant formula) consumption and the development of antibody response to cow’s milk protein, Italian researchers measured the antibody response of 16 breastfed and 12 cow’s milk-fed infants under four months of age. Cow’s milk-fed infants had elevated levels of beta-casein antibodies when compared to breastfed infants. They concluded that breastfeeding for the first four months prevented the production of antibodies and could have a preventive effect on the development of Type 1 diabetes.
Monetini L, Cavallo MG, Stefanini L, Ferrazzoli F, Bizzarri C, Marietti G, Curro V, Cervoni M, Pozzilli P, IMDIAB Group. Bovine beta-casein antibodies in breast-and bottle-fed infants: their relevance in Type 1 diabetes. Hormone Metab Res 34: 455-459, 2002
Pada tahun 2001 menurut wikipedia, WHO menyatakan bahwa susu formula yang telah memenuhi syarat codex alimentarius adalah makanan komplimen yang aman dan cocok menjadi pengganti ASI. Namun, pada tahun 2003 masih menurut wikipedia, WHO dan UNICEF menyatakan hal baru tentang susu formula dengan menambahkan bahwa kurangnya asupan ASI pada setengah tahun pertama adalah faktor penting yang memicu ketidaksehatan dan kematian.
UNICEF juga memberikan tambahan bahwa; (maaf males nerjemah …
UNICEF estimates that a formula-fed child living in unhygienic conditions is between 6 and 25 times more likely to die of diarrhea and four times more likely to die of pneumonia than a breastfed child. Rarely, use of powdered infant formula (PIF) has been associated with serious illness, and even death, due to infection with Enterobacter sakazakii and other microorganisms that can be introduced to PIF during its production.
Tuh kan lebih lengkap. Susu sapi yang diberikan kepada bayi tidak hanya menyebabkan diabetes saja, dan masih banyak yang lainnya. Lebih lengkap lagi tinggal minta bantuan google dengan kata Bahaya Susu Formula, pasti Anda akan menemukan berbagai ulasan dan penelitian mengenai berbagai penyakit yang bisa dipicu oleh susu sapi.
ASI untuk bayiHal ini mengingatkan kita pada anugrah yang telah diberikan Tuhan pada kita yakni ASI. ASI mempunyai kandungan yang luar biasa, yang bisa membantu pertumbuhan manusia lebih baik. Dengan mempunyai ASI, perempuan mempunyai tugas luar biasa dalam mengemban misi kemanusiaan. Laki-laki wajib memberikan kebutuhan yang diperlukan istrinya agar dapat menyusui bayinya secara eksklusif. Bukannya anti wanita karir lho, tapi usul saja kepada yang para boss yang mempunyai perusahaan agar memberikan cuti sekurang-kurangnya 6 bulan kepada wanita menyusui.
Terus bagaimana dengan susu formula yang berada di pasaran? apakah semuanya mempunyai resiko yang sama? ya pertimbangkan sendiri, WHO dan UNICEF memberikan informasi seperti itu, Anda bisa memilah sendiri takaran resiko yang bisa diambil.
Lho bukannya susu mempunyai berbagai manfaat untuk manusia? Masih ingatkan slogan 4 sehat 5 sempurna? Susu bahkan menjadi penyempurna konsumsi makanan kita? lho kok bertentangan dengan ulasan diatas?
Jawabannya simple, susu yang mana dulu?
Lanjut halaman 2 untuk mengetahui berbagai manfaat susu sapi bagi manusia, serta info penting tentang pemilahan kualitas susu sesuai perlakuan terhadapnya.
Susu hewan (sapi) memang mempunyai beberapa macam manfaat yang luar biasa. Itulah mengapa susu sapi telah menjadi budaya dari peradaban-peradaban kuno seperti Asyiria dan India, bahkan juga masuk dalam kitab suci. Berbagai enzim entahlah namanya -karena saya bukan ahli nutrisi- mempunyai sumbangan yang sangat baik kepada tubuh manusia. Tetapi enzim-enzim baik tersebut juga bercampur dengan enzim-enzim yang tidak baik dalam susu sapi. Karena itu ada strata dalam susu, dibutuhkan perlakuan tertentu untuk menghindari zat buruk dan hanya mengambil zat baik. Jadi yang dimaksud dengan dengan susu sehat adalah susu yang masih mengandung zat-zat baik tersebut.
Untuk menjelaskan strata susu berdasarkan kandungan yang dimilikinya, saya banyak memetik dari blog Bu Lita di inirumahku.com, kalau ingin langsung membaca lebih lengkap sila langsung meluncur.
Susu mempunyai beberapa perbedaan sesuai dengan perlakuan terhadapnya dan kandungan yang dimilikinya.

Susu Mentah

Susu mentah adalah susu yang tidak diproses baik pasteurisasi maupun homogenisasi. Susu tersebut masih lengkap dan fresh, ya gizinya ya resikonya. Kok gitu? Iya karena susu ini masih mengandung semua zat yang ada dalam susu, termasuk mikroorganisme baik dan buruk (penjelasan secara kimiawinya nggak mudeng), yang jelas didalamnya masih terkumpul zat baik juga zat buruk, yang berasal dari dalam kandungan susu itu sendiri maupun terkontaminasi ketika pemerahan. Sebenarnya sanitasi bisa menjadi solusi, namun anjuran yang tepat adalah, lebih penting menjaga kemungkinan buruk terkontaminasi daripada ingin mendapatkan nutrisi baik dari susu mentah.

Sebagaimana anjuran US-FDA; Meminum susu mentah atau produk-susu dalam keadaan mentah adalah seperti “bermain rolet Rusia (berjudi) dengan kesehatan anda,” ujar John Sheehan, direktur Divisi Keamanan Produk Susu dan Telur di FDA. “Kami mendapati sejumlah kasus kejadian penyakit yang menular lewat makanan setiap tahunnya yang berkaitan dengan konsumsi susu mentah.”

Susu Pasteurisasi

Melakukan pasteurisasi pada susu sangat mudah dan dapat dilakukan sendiri ketika kita membeli susu mentah. Pasteurisasi adalah proses memanaskan makanan dengan tujuan membunuh organisme patogen (yang dapat menyebabkan penyakit) seperti bakteri, virus, protozoa, jamur (kapang), dan ragi. Pasteurisasi adalah suatu proses memanaskan produk (dalam hal ini, susu) dibawah titik didihnya, dengan tujuan untuk membunuh semua mikroorganisme pathogen.  Selain membuat susu menjadi aman dikonsumsi manusia, pasteurisasi juga akan memperpanjang umur simpan dari susu karena sebagian bakteri perusak/pembusuk susu juga mati.  Ada dua cara untuk melakukan pasteurisasi, yakni secara LTLT (Low Temperature, Long Time) dan HTST (High Temperature, Short Time). Pasteurisasi LTLT artinya, susu dipanaskan pada suhu 63 oC selama 30 menit. Sedangkan pasteurisasi HTST adalah memanaskan susu pada 72 oC selama 16 detik, setelah itu susu didinginkan hingga 4 oC.
Tidak seperti sterilisasi yang mematikan semua mikroorganisme, baik yang patogen maupun yang menguntungkan. Pasteurisasi hanya mengurangi jumlah mikroorganisme hidup hingga tidak lagi berisiko menyebabkan penyakit (dengan asumsi produk yang telah dipasteurisasi disimpan dalam keadaan dingin dan dikonsumsi sebelum tanggal kadaluarsa).
Sebagai tambahan, kasein tidak terdegradasi pada temperatur proses pasteurisasi, tapi terkoagulasi (tergumpalkan) pada saat dididihkan. Ini menjelaskan mengapa susu yang dididihkan memiliki konsistensi (penampakan ‘kesatuan bentuk’) yang berbeda. Dan karena itulah, sebaiknya susu tidak dididihkan.
Pasteurisasi efektif membunuh bakteri-bakteri yang berpotensi patogenik di dalam susu.  Namun proses ini ternyata tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora bakteri yang bersifat termoresisten alias tahan terhadap suhu tinggi. Karena itulah ada proses sterilisasi yang disebut dengan UHT.

Susu UHT

Proses UHT (Ultra High Temperature) adalah sterilisasi parsial yang diterapkan pada produk-produk pangan, termasuk susu, untuk melenyapkan semua bakteri pembusuk maupun pathogen berikut sporanya.  Dalam proses ini, susu dipanaskan pada suhu tinggi yang melampaui titik didihnya (minimal 135 oC) selama 2 hingga 5 detik, dan selanjutnya susu dikemas dalam kemasan yang aseptik.
Bedanya dengan pasteurisasi, UHT membunuh semua mikroorganisme. Karena itu, susu UHT dikenal juga dengan sebutan susu steril.
Umur simpan susu UHT ini jauh lebih panjang dari susu pasteurisasi, bisa tahan selama 6 bulan tanpa refrigerasi (pendinginan).  Tetapi ini hanya berlaku untuk susu UHT yang kemasannya belum dibuka.  Begitu kemasannya dibuka, susu UHT akan mudah terkontaminasi dengan bakteri pembusuk.  Oleh karena itu, setelah dibuka susu harus disimpan di dalam refrigerator/lemari es (suhu 3-5 oC) dan sebaiknya segera habiskan dalam jangka waktu 7 sampai 10 hari.  Selain umur simpan, perbedaan antara susu pasteurisasi dengan susu UHT terletak pada rasa.  Susu UHT memiliki cita rasa yang lebih ‘matang’ dari susu pasteurisasi.

Susu Bubuk

Susu bubuk adalah susu dengan kualitas terendah dan lebih umum di negara berkembang seperti Indonesia. Susu bubuk adalah susu yang dikeringkan, jadi tahapannya lebih panjang daripada pasteurisasi maupun UHT, tentu saja telah kehilangan nutrisi yang sesungguhnya dikandung susu (untuk tidak mengatakan tinggal ampasnya saja he he he). Mengapa susu bubuk lebih umum? karena susu bubuk lebih tahan lama, mengurangi biaya transportasi dan mengurangi biaya penyimpanan, baik bagi produsen maupun konsumen. Untuk menambal apa yang telah hilang dari susu biasanya produsen menambahkan hal-hal baru seperti vitamin dan berbagai mineral. Ya seperti jualan vitamin dan mineral dengan mengatakan susu, karena kandungan susunya sudah hilang.

Hal-hal penting

  1. Usahakan bayi tetap mendapatkan ASI sampai 2 tahun dan sebaiknya tanpa susu formula, MPASI masih jauh lebih baik daripada memberi tambahan susu formula
  2. Untuk tetap bisa menikmati kandungan susu, sebaiknya memilih susu yang telah di pasteurisasi atau UHT
  3. Bila membeli susu mentah sebaiknya dipasteurisasi sendiri
  4. Untuk mengetahui susu yang di beli dari pedagang keliling, apakah masih asli atau sudah dioplos dengan bahan lain. Coba teteskan pada kertas koran, apakah melebar dengan cepat dan luas atau tidak. Kalau iya berarti susu telah dioplos.
  5. Yang dimaksud dengan 5 sempurnya dari susu adalah susu yang masih mengandung berbagai manfaat susu
  6. Minum susu jangan karena gengsi tapi untuk kebutuhan

Sumber-sumber

  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Infant_formula
  2. http://lita.inirumahku.com/health/lita/secuil-tentang-produk-susu-sapi/
Sumber tambahan bagi yang ingin memperdalam pemahamannya tentang resiko susu formula dan manfaat susu itu sendiri;
  1. http://www.foodsci.uoguelph.ca/dairyedu/intro.html
  2. http://www.foodsafety.gov/~ear/pmo01c.html
  3. http://www.fda.gov/fdac/features/2004/504_milk.html
  4. http://www.cfsan.fda.gov/~dms/fdnewlab.html
  5. http://www.junkscience.com/foxnews/fn032301.htm
Silahkan download hasil research tentang resiko susu formula
  1. http://www.infactcanada.ca/RisksofFormulaFeeding.pdf
Sekian sedikit ulasan tentang bahaya dan resiko susu formula bagi bayi. Para pembaca yang ahli nutrisi, diharapkan memberikan tambahan seperlunya untuk melengkapi kekurangan tulisan ini.

http://kafeilmu.com/2011/10/ternyata-susu-formula-bisa-memicu-diabetes.html

No comments: