Tayangan Sinetron Merusak Kejiwaan Anak

Tayangan Sinetron Merusak Kejiwaan Anak
Media Televisi sangat berkembang pesat belakangan ini. Semakin banyak program televisi yang disuguhkan pada pemirsanya meskipun sifatnya hanya hiburan semata. Mayarakat semakin ketergantungan dengan tayangan-tayangan yang disuguhkan setiap harinya. Industri pertelevisian pun tidak kekurangan ide untuk memenuhi tuntutan pemirsanya. Banyak sekali program yang tidak terlalu mendidik menjadi primadona televisi untuk menarik konsumen. Fenomena ini sangat disayangkan karena ternyata konsumen terbanyak program televisi adalah para ibu rumah tangga dan anak-anaknya.

Kita tahu bahwa anak-anak akan selalu menerima mentah-mentah apa yang dianggapnya hal baru dan menarik. Kebanyakan mereka ikut menonton apa yang ditonton ibu mereka yang kebanyakan adalah sinetron. Kita tahu selama ini perkembangan nilai pendidikan yang terkandung dalam sinetron semakin lama semakin menyusut. Yang semakin sering kita lihat adalah adegan perkelhian, saling caci, perselingkuhan, bunuh membunuh. Sinetron yang penuh adegan baik hanya muncul setahun sekali saat bulan Ramadhan saja. Itupun masih dibalut dengan adegan-adegan penderitaan sang pemeran utama sebelum akhirnya menjadi baik kembali. Dalam hal ini, mana nilain edukasi yang bisa serap sebelum sinetron itu mencapai klimaks yang entah pada episode berapa itu terjadi.
Surfey yang saya lakukan bersama beberapa Mahasiswa Psikologi dan Komunikasi kepada sekolah-sekolah SD di Malang memberikan hasil yang mengejutkan. Dari pertanyaan-pertanyaan kami tentang tontonan yang mereka tonton di rumah dijawab dengan sangat bangga oleh kebanyakan dari mereka adalah sinetron. Mereka menonton dengan ibu mereka di jam belajar yang kebanyakan akhirnya dilakukan di depan tv. Sebagian besar dari mereka menceritakan jalannya sinetron yang mereka tonton dengan berbagai ekspresi menggebu-gebu. Padahal saat pertnyaan kami mengenai tayangan edukasi mereka tidak begitu semangat dan malu-malu untuk menjawab. Mereka yan menonton sinetron memiliki emosi yang tinggi dan mudah berubah. Sedangkan yang tidak menonton sikapnya lebih santai.
Para guru mengatakan bahwa anak muritnya yang sering menonton sinetron lebih lemah di bidang akademik tapi aktif saat bergaul. Tapi sayangnya mereka cenderung melebih-lebihkan perkataan dan berbicara tidak selayaknya anak-anak seumuran mereka. Ini sangat disayangkan melihat tahap pertumbuhan kecerdasan dan kejiwaan anak harus bertahap dan sangat dipengruhi oleh bimbingan orang tua mereka. Karena itu bimbingan orang tua untuk membatasi serapan program televisi sangatlah penting. Bila perlu, matikan tv anda di rumah dan ajaklah si kecil bermain hal yang mendidik dan membntu perkembangan  kejiwaan mereka.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/07/26/tayangan-sinetron-merusak-kejiwaan-anak/

0 comments:

Friday, October 14, 2011

Tayangan Sinetron Merusak Kejiwaan Anak

Tayangan Sinetron Merusak Kejiwaan Anak
Media Televisi sangat berkembang pesat belakangan ini. Semakin banyak program televisi yang disuguhkan pada pemirsanya meskipun sifatnya hanya hiburan semata. Mayarakat semakin ketergantungan dengan tayangan-tayangan yang disuguhkan setiap harinya. Industri pertelevisian pun tidak kekurangan ide untuk memenuhi tuntutan pemirsanya. Banyak sekali program yang tidak terlalu mendidik menjadi primadona televisi untuk menarik konsumen. Fenomena ini sangat disayangkan karena ternyata konsumen terbanyak program televisi adalah para ibu rumah tangga dan anak-anaknya.

Kita tahu bahwa anak-anak akan selalu menerima mentah-mentah apa yang dianggapnya hal baru dan menarik. Kebanyakan mereka ikut menonton apa yang ditonton ibu mereka yang kebanyakan adalah sinetron. Kita tahu selama ini perkembangan nilai pendidikan yang terkandung dalam sinetron semakin lama semakin menyusut. Yang semakin sering kita lihat adalah adegan perkelhian, saling caci, perselingkuhan, bunuh membunuh. Sinetron yang penuh adegan baik hanya muncul setahun sekali saat bulan Ramadhan saja. Itupun masih dibalut dengan adegan-adegan penderitaan sang pemeran utama sebelum akhirnya menjadi baik kembali. Dalam hal ini, mana nilain edukasi yang bisa serap sebelum sinetron itu mencapai klimaks yang entah pada episode berapa itu terjadi.
Surfey yang saya lakukan bersama beberapa Mahasiswa Psikologi dan Komunikasi kepada sekolah-sekolah SD di Malang memberikan hasil yang mengejutkan. Dari pertanyaan-pertanyaan kami tentang tontonan yang mereka tonton di rumah dijawab dengan sangat bangga oleh kebanyakan dari mereka adalah sinetron. Mereka menonton dengan ibu mereka di jam belajar yang kebanyakan akhirnya dilakukan di depan tv. Sebagian besar dari mereka menceritakan jalannya sinetron yang mereka tonton dengan berbagai ekspresi menggebu-gebu. Padahal saat pertnyaan kami mengenai tayangan edukasi mereka tidak begitu semangat dan malu-malu untuk menjawab. Mereka yan menonton sinetron memiliki emosi yang tinggi dan mudah berubah. Sedangkan yang tidak menonton sikapnya lebih santai.
Para guru mengatakan bahwa anak muritnya yang sering menonton sinetron lebih lemah di bidang akademik tapi aktif saat bergaul. Tapi sayangnya mereka cenderung melebih-lebihkan perkataan dan berbicara tidak selayaknya anak-anak seumuran mereka. Ini sangat disayangkan melihat tahap pertumbuhan kecerdasan dan kejiwaan anak harus bertahap dan sangat dipengruhi oleh bimbingan orang tua mereka. Karena itu bimbingan orang tua untuk membatasi serapan program televisi sangatlah penting. Bila perlu, matikan tv anda di rumah dan ajaklah si kecil bermain hal yang mendidik dan membntu perkembangan  kejiwaan mereka.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/07/26/tayangan-sinetron-merusak-kejiwaan-anak/

No comments: