Penilaian Autentik


Bagaimana Melakukan Penilaian Dalam CTL

Penilaian Autentik

Sebagai bagian kecil dari keseluruhan system Contextual Learning (CTL), penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Karena tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan pelajaran dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara untuk memperbaiki diri.


Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Sebagai contoh, para siswa menjelaskan informasi akademik yang telah mereka pelajari dalam pendidikan agama Islam. Ketika melakukan tugas dalam penilaian autentik tersebut, para siswa menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan dan masyarakat.
Keuntungan penilaian autentik bagi siswa:
Penilaian autentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit, sementara penilaian autentik yang bersifat inklusif memberi keuntungan kepada siswa dengan memungkikan mereka:
  • Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka
  • Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis
  • Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dn masyarakat luas
  • Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab – akibat
  • Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan
  • Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakn tugas
  • Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri[1]
Pada umumnya para pendidik mengenali empat jenis penilaian autentik: potofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara lengkap. Dalam kategori yang luas tersebut, kemungkinan untuk melakukan penilaian autentik sangat besar.[2]
Adapun karakteristik penilaian autentik (authentic asessment) sebagai berikut:
  • Penilaian dilakuakn selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
  • Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik?
  • Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitudilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif.
  • Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.
  • Hasil penilain digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standart minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standart minimal belum tercapai. [3]
[1] Newmann & Wehlage, 1993
[2] Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning, (Bandung: MLC, 2007), hal.288-290
[3] Nanang Hanafiah, & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:Refika Aditama, 2009), hal. 76

http://kafeilmu.com/2011/02/bagaimana-melakukan-penilaian-dalam-ctl.html

0 comments:

Sunday, December 25, 2011

Penilaian Autentik


Bagaimana Melakukan Penilaian Dalam CTL

Penilaian Autentik

Sebagai bagian kecil dari keseluruhan system Contextual Learning (CTL), penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Karena tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan pelajaran dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara untuk memperbaiki diri.


Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Sebagai contoh, para siswa menjelaskan informasi akademik yang telah mereka pelajari dalam pendidikan agama Islam. Ketika melakukan tugas dalam penilaian autentik tersebut, para siswa menghadapi tantangan-tantangan yang lazim menyertai setiap usaha untuk mencapai hasil yang berarti dalam konteks pekerjaan dan masyarakat.
Keuntungan penilaian autentik bagi siswa:
Penilaian autentik meningkatkan pembelajaran dalam banyak hal. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit, sementara penilaian autentik yang bersifat inklusif memberi keuntungan kepada siswa dengan memungkikan mereka:
  • Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka
  • Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis
  • Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dn masyarakat luas
  • Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab – akibat
  • Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan
  • Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakn tugas
  • Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri[1]
Pada umumnya para pendidik mengenali empat jenis penilaian autentik: potofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara lengkap. Dalam kategori yang luas tersebut, kemungkinan untuk melakukan penilaian autentik sangat besar.[2]
Adapun karakteristik penilaian autentik (authentic asessment) sebagai berikut:
  • Penilaian dilakuakn selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
  • Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik?
  • Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitudilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik, sesuai dengan tahapan waktu dan bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif.
  • Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.
  • Hasil penilain digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standart minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standart minimal belum tercapai. [3]
[1] Newmann & Wehlage, 1993
[2] Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning, (Bandung: MLC, 2007), hal.288-290
[3] Nanang Hanafiah, & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:Refika Aditama, 2009), hal. 76

http://kafeilmu.com/2011/02/bagaimana-melakukan-penilaian-dalam-ctl.html

No comments: