Pendidikan anak yang berkarakter

Pendidikan anak yang berkarakter dinilai kurang

 JAKARTA: Pendidikan berkarakter pada anak masih kurang, itu terlihat dari masih banyaknya anak-anak yang melanggar hukum, dan etika. Apalagi dengan semakin mudahnya mereka mengakses berbagai gambar atau film porno dari perangkat teknologi canggih yang ada di mana-mana.


"Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dukungan dari semua pihk. Mulai dari keluarga, lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, serta kementerian/lembaga terkait," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, hari ini pada Seminar Nasional Membangun pendidikan berkarakter melalui keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat di Jakarta.

Menurut Linda, pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, dan memiliki pengaruh yang dinamis terhadap perkembangan jasmani dan rohani atas kejiwaan anak didik. Mereka dididik agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa, agar menjadi yang maju, berpendidikan dan bermoral.

Dia menyebutkan nilai negatif dari globalisasi akan mempengaruhi identitas dan integritas suatu bangsa, yang seharusnya dibina dan pelihara, agar eksistensi suatu bangsa tidak hilang karena pengaruh globalisasi.

"Untuk mengatasinya kondisi tersebut diperlukan pemahaman dan langkah untuk membangun kembali karakter bangsa, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Peran keluarga, lembaga dan masyarakat menjadi sangat penting dalam memberikan pengasuhan kepada anak sejak dini untuk membangun karakter yang mulia," ungkapnya.

Linda mengakui agak miris mendengarkan cita-cita anak-anak tentang masa depannya. "Saya beberapa waktu lalu bertanya pada seorang anak, kelak dia mau jadi apa. Dia bilang mau seperti perampok yang tampak gagah dan berani, seperti yang sering dimainkannya dalam video games. Wuah, ini bahaya juga kalau dibiarkan," ujarnya.

Sebaiknya, lanjutnya, sejak kecil anak sudah dikenalkan dengan akhlak mulia, kejujuran, disiplin, dan rasa nasionalisme.

"Cucu saya yang masih kecil sering dibawa menyaksikan pertandingan badminton. Sorak sorai penonton yang menyerukan Indonesia dengan ritme khas, akan membuat anak jadi ingat terus, terekam dalam pikirannya. Sampai di rumah pun mereka sering menyebut nama Indonesia," ungkap ibu mertua dari pebulutangkis Taufik Hidayat ini.

http://www.bisnis.com/articles/pendidikan-anak-yang-berkarakter-dinilai-kurang

0 comments:

Sunday, October 16, 2011

Pendidikan anak yang berkarakter

Pendidikan anak yang berkarakter dinilai kurang

 JAKARTA: Pendidikan berkarakter pada anak masih kurang, itu terlihat dari masih banyaknya anak-anak yang melanggar hukum, dan etika. Apalagi dengan semakin mudahnya mereka mengakses berbagai gambar atau film porno dari perangkat teknologi canggih yang ada di mana-mana.


"Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dukungan dari semua pihk. Mulai dari keluarga, lembaga pendidikan, lembaga masyarakat, serta kementerian/lembaga terkait," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, hari ini pada Seminar Nasional Membangun pendidikan berkarakter melalui keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat di Jakarta.

Menurut Linda, pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, dan memiliki pengaruh yang dinamis terhadap perkembangan jasmani dan rohani atas kejiwaan anak didik. Mereka dididik agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa, agar menjadi yang maju, berpendidikan dan bermoral.

Dia menyebutkan nilai negatif dari globalisasi akan mempengaruhi identitas dan integritas suatu bangsa, yang seharusnya dibina dan pelihara, agar eksistensi suatu bangsa tidak hilang karena pengaruh globalisasi.

"Untuk mengatasinya kondisi tersebut diperlukan pemahaman dan langkah untuk membangun kembali karakter bangsa, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Peran keluarga, lembaga dan masyarakat menjadi sangat penting dalam memberikan pengasuhan kepada anak sejak dini untuk membangun karakter yang mulia," ungkapnya.

Linda mengakui agak miris mendengarkan cita-cita anak-anak tentang masa depannya. "Saya beberapa waktu lalu bertanya pada seorang anak, kelak dia mau jadi apa. Dia bilang mau seperti perampok yang tampak gagah dan berani, seperti yang sering dimainkannya dalam video games. Wuah, ini bahaya juga kalau dibiarkan," ujarnya.

Sebaiknya, lanjutnya, sejak kecil anak sudah dikenalkan dengan akhlak mulia, kejujuran, disiplin, dan rasa nasionalisme.

"Cucu saya yang masih kecil sering dibawa menyaksikan pertandingan badminton. Sorak sorai penonton yang menyerukan Indonesia dengan ritme khas, akan membuat anak jadi ingat terus, terekam dalam pikirannya. Sampai di rumah pun mereka sering menyebut nama Indonesia," ungkap ibu mertua dari pebulutangkis Taufik Hidayat ini.

http://www.bisnis.com/articles/pendidikan-anak-yang-berkarakter-dinilai-kurang

No comments: